Minggu, 25 September 2011

Syariat Berqurban


IDUL ADHA disebut juga Idul Qurban (Kurban), karena memang menyembelih
hewan qurban waktunya tepat setelah selesai menunaikan shalat hari raya
itu atau 10 Dzulhijjah sampai matahari terbenam tanggal 13 Dzulhijjah
(Hari Tasyrik). Ibadah Qurban, seperti juga serangkaian ritual haji,
merupakan syariat Nabi Ibrahim yang dilanjutkan dan dilestarikan oleh
Nabi Muhammad SAW dan umatnya, bertolak dari ajaran Nya
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka
dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah” (QS. Al-Kautsar:1-2)
Penyampaian qurban dilakukan Ibrahim tempo hari, adalah peristiwa yang
menunjukkan makna tentang larangan bagi kita untuk menghamba kepada
insting-insting primitive kebendaan, larut dalam bujuk rayu materialisme
hedonistic yang serba palsu dan menjajikan kesenangan sesaat dan
artificial penuh rekayasa. Qurban adalah peristiwa yang melukiskan
pergulatan iman Ibrahim : antara memilih Allah atau memilih ismail,
anaknya sendiri yang kelahirannya telah didambakan selama seratus tahun.
Hikayat dramatis yang diabadikan Tuhan itu, diantaranya dalam QS.
Ash-Shaffat: 100-111, menggambarkan kepada kita ihwal makna hakiki dari
sebuah pengurbanan (ruh Qurban)
Memasuki momentum hari raya Idul Adha 1427 H/2006 ini, kita diingatkan
untuk melakukan ritus napak tilas (ekspidisi jejak Rasul-Commemorative)
dengan setiap kita menjadi Ibrahim-ibrahim kecil yang ikhlas dan rendah
hati mengorbankan “ismail” yang paling kita cintai.
“Kamu tidak akan mendapatkan kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu
mendermakan/mengorbankan sebagian hartamu yang kamu cintai” (QS. Al
Imran:92)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar